4/27/2008

Pocongisasi

Title : Pocong 3 Publisher : SinemArt Director : Monti Tiwa Saya jadi mrenges sendiri ketika akhirnya terpaksa nonton film ini. Kenapa? Film-film saya sudah habis ditonton. Dan libur saya kelamaan, 2 hari! Gilak! Cerita inti film ini adalah, keluarga Putri yang merupakan satu-satunya keluarga yang secara turun-temurun (dan tanpa bisa dihindari) telah mewarisi ilmu hitam sejak masa kasultanan Demak. Para pewaris ilmu ini akan memiliki kesaktian yang -- konon -- luar biasa. Kebal senjata, bisa mempengaruhi psikis lawannya, bisa memulihkan luka dalam waktu singkat, pokoknya intinya adalah Hebat! Sakti! Mandraguna! How it works? Ada setan gentayangan yang melindungi pemilik ilmu ini. Ayah Putri begitu takutnya dengan efek-efek negatif dan tradisi pewarisan ilmu ini ke putri tunggalnya, sehingga memutuskan meninggalkan keluarganya, yang berakhir dengan kematiannya tanpa didampingi Putri. Setelah Ayahnya tutup usia, gejala-gejala menurunnya ilmu laknat ini akhirnya mulai terlihat pada diri putri. Secara umum, hampir tak ada bedanya dengan film horor Indonesia lainnya -- oops, maksudnya film hantu Indonesia lainnya -- :). Yah, sebut saja misale ada visualisai kuburan, baju hitam, tokoh tua atau yang dituakan (kali ini kita ketemu dengan aktris gaek Rina Hassim), lalu peran dukun mendukun, atau paling tidak sekedar peramal. Hampir seluruhnya masih sama. Maayarakat film kita masih seperti ini, horor abis! Hantu abis! Untungnya kali ini mas Monti Tiwa menyelipkan nuansa-nuansa yang berbeda, meskipun tidak banyak. - Unsur historis Aha!. Saya suka semua film yang punya unsur historis. Meskipun memang dibuat-buat. Sayangnya di film ini unsur historisnya -- yang menyebut-nyebut kisah heroik jaman penjajahan dan kedigdayaan jaman kasultanan Demak -- terlalu sedikit, sehingga sangat terkesan dipaksakan. Sekedar bumbu agar tidak terlalu hambar. Mungkin akan lebih baik lagi jika prolognya adalah berupa adegan eksekusi sang pemilik ilmu hitam pada zaman Sultan X di Demak, ketimbang adegan masa kecil Putri dan mendiang ayahnya. - Kepadatan dialog Saya memuji film ini dari sisi dialog. Padat dan deskriptif. Nggak basi! Dengan mendengar satu sesi dialog -- katakanlah satu kalimat sebelum disela tokoh lain -- kita akan tahu "mereka sedang membicarakan hal apa" atau "kenapa begini?", "dia sedang apa?", kaitannya dengan hal-hal sebelumnya yang memang tidak ditunjukkan di film ini. - Penataan musik Anggap saja kali ini musiknya lebih manusiawi. Musik melow bernuansa klasik, dibanding musik hantu pada umumnya. - Visualisasi bentuk hantu yang real. Terlalu real malahan :). Segala jenis hantu yang muncul diwujudkan dalam bentuk fisik yang bisa diraba, dilihat, dan disentuh seperti halnya manusia normal lain. Pihak SinemArt sepertinya sengaja membuat perbedaan dengan tidak memakai efek-efek murahan seperti outline hijau muda, mata merah menyala, dan efek-efek norak lain. Saya memujinya dalam hal ini. -Pertentangan Tokoh Sebut saja antara sang tante (Rina Hassim) dengan nona Putri sendiri, antara Putri dan seniornya di klab, atau bahkan antara pocong -- yang ternyata adalah ayah Putri -- dengan hantu jahat yang merupakan hantu warisan leluhur. - Pembauran tema Isu yang dimunculkan bukan hanya isu-isu berbau hantu, tetapi isu lain yang -- untungnya -- masih cukup untuk menepis anggapan bahwa orang akan tau adegan-adegan mengerikan jenis apa yang akan ditonton hanya dengan menonton awalnya. Saat orang membicarakan ilmu kebal, maka ada adegan menusuk perut, dada, menyayat tangam, dan ditampakkan secara real. Good. Well, mungkin review saya akan lebih valid jika saya menonton dua film lain dengan judul yang sma, atau sequel dari film ini :). Kapan-kapan deh :p *** Masih banyak hal-hal yang perlu dicatat oleh tim pembuat film Pocong 3 ini, saya rasa : - Perlu diasah lagi tuh gaya monoton nona Putri. Masih terlalu kaku. Dan dingin. Yang perlu diingat adalah, orang bersedihpun akan tertawa pada kesempatan lain, meskipun itu adalah menertawakan dirinya sendiri. - Kurang berani melawan arus. Nunasa-nuansa perbedaan yang berusaha diciptakan seolah-olah dijalankan setengah-setengah. Kurang total. Coba deh, siapa tahu akan ada revolusi besar dalam dunia horor -- dunia hantu -- di perfilman Indonesia.

No comments:

عبد العزيز

Create your badge