11/12/2008

Balada Pelaut dan Kalajengking

Inem beruntung, karena dia dikawini oleh Bang Jon, pelaut ganteng yang cinta mati padanya. Tapi Inem juga malang, karena ia hanya bertemu Bang Jon setiap beberapa bulan atau bahkan tahun. Yah.. tau kan.. pelaut… Meskipun begitu, Inem termasuk istri setia, apalagi sejak lahirnya si Kuncung. Seperti yang pernah dipesan oleh Bang Jon the Sailor : “Setialah selalu padaku… kata Bang Jon, si pelaut…”. Suatu hari Bang Jon pulang. Inem sampai jingkrak-jingkrak karena liburnya Bang Jon cukup lama : seminggu boo… Pada hari ke-tiga, nduk Inem dan bang Jon bercinta di kamar mandi mereka yang memiliki bath tube (eh, salah yak nulisnyah..). Prosesinya yah.. tak perlu dijelaskan yah…. (kena RUU ngehek loe…) Yang bikin Inem terheran-heran adalah, bang Jon mulai pintar melukis.. Sehabis bercinta, bang Jon melukis kalajengking (di negeri DagelVille disebut Scorpio). Binatang itu digambar pada paha sang istri, tepat menghadap ke arah (owh.. maap, disensor). Nah, tau kan maksudnya… “Istriku sayang.. daku lama sekali tak berjumpa denganmu.. Ukiran ini sebagai tanda betapa rinduku padamu menyengat bagai sengatan sekor-piyon….” Inem tersipu-sipu bagaikan disanjung setinggi langit (memang dasar Inem yang cantik tapi o’on, kata mbah Marijan).. “Jangan pernah kau hapus lukisan ini, wahai istriku..” Lalu Bang Jon mendekatkan muka, hendak diciumnya lagi istri seksi kebanggaannya itu. Mendadak Bang Jon bangkit dengan sarungnya saat didengar handphone plat-merahnya bengok-bengok minta diangkat. “Duhai istriku, daku harus berangkat saat ini juga. Tak bisa menunggu lebih lama.. Perjalanan ke dermaga perlu sejam lebih sayangku…” Inem hanya menangis sesenggukan…. Dan berangkat juga Jon si pelaut itu dengan gagah berani (dan terburu-buru pulak). Inem merasa gerah sehingga kembali ke kamarmandi. Dirasanya gatal pada paha kirinya, sehingga digosok-gosoknya secara reflek, sambil mata terpejam tentunya. Ahh….. Begitu dibukanya matanya, Inem tiba-tiba saja terbahak-bahak melihat sempak suaminya tergeletak di lantai kamarmandi. “Astaga.. suamiku tidak bercelana dalam rupanya.. bagaimana nanti kalau…” Tiba-tiba saja hape di balik baju semi tranparannya yang tergantung di cantolan meraung-raung. “Sayang… daku tak jadi berangkat.. tunggu daku istriku….” Inem belum sempat menjawab, sudah ditutup panggilan jarak jauh itu. Inem berjingkrak-jingkrak kegirangan (masih tanpa baju tentunya). Dan.. alangkah kagetnya dia, begitu melihat paha kirinya yang bersih, tanpa lukisan kalajengking dari Bang Jon-nya tersayang.. Rupanya gerakan-gerakan anti-gatal tadi yang menghapus lukisan tanda cinta itu. “Waduh.. bagaimana ini….” Inem secara reflek mengambil spidol yang masih tergeletak sembarangan di lantai. Dia masih ingat persis bentuk rupa kalajengking, bentuk alat gigitnya, plus monyong-monyongnya. “Ah.. pintar melukis juga aku rupanya….” Inem mematut keluguannya sendiri… Pintu dibuka buru-buru.. Bang Jon langsung menyambar tubuhnya dan memeluknya erat… “Istriku.. aku kangen sekali…… maukah kau menemaniku [lagi] tidur di kamar malam ini…” Inem terkikik mendengar pertanyaan rayuan yang retorik itu. Sementara si Jon jelalatan, matanya terus melahap tubuh mulus istrinya, sementara terus mendekapinya. Tiba-tiba si Jon melepas pelukannya. “Ada apa bang…?” Inem bertanya penuh antusias, bersemangat, ruarr… biasa (kayak ospek aja) “Istriku.. bukankah tadi daku melukis sekor-piyon menghadap ke arah.. tapi kenapa sekarang tiba-tiba membelakanginya.. padahal belum sehari daku pergi… jelaskan padaku wahai istriku” Inem panik bukan kepalang mendengar pertanyaan lugu dari suaminya. Semula hampir saja dijawabnya dengan jujur. Tapi lantas muncul jawaban yang menurutnya merupakan jawaban cerdik. “Anu bang.. setahuku tadi, si kala ini memang berbalik arah bang….” “Hah..? Apa maksudmu nduk Inem..?” si Jon sampai menyebut nama istrinya saking heran dan takjubnya.. “Hm…” Inem berpikir sebentar.. lalu “Betul bang… karena tadi aku belum selesai mandi, sementara badanku masih bau.. si kala ini sementara berbalik menghadap dulu sampai badnaku wangi bang. Begitu…”

No comments:

عبد العزيز

Create your badge